Thursday 8 November 2018

KEUTAMAAN MEMBACA SHALAWAT

🌺السلام عليكم ورحمه الله وبركاته 🌺

Allah SWT berfirman:
بسم الله الرحمن الرحيم
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ   ۗ  يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 56)

Dari Anas bin Malik Radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطَيَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ

“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah bersholawat kepadanya 10 kali shalawat, dihapuskan darinya 10 kesalahan, dan ditinggikan baginya 10 derajat.” (HR. An-Nasa’i, III/50)

Ibnu Hajar Al-Haitami menyebutkan banyak fadhilah bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW dengan berdasarkan hadits-hadits Nabi SAW. Fadhilahnya antara lain :

1. Allah, Malaikat dan Rasulullah SAW akan bersalawat kepadanya.

2. Meninggikan derajat, menghapuskan kejahatan dan bersalawat itu sebanding dengan memerdekakan sepuluh orang hamba sahaya.

3. Menjadi syafa’ah dan kesaksian Nabi Muhammad SAW.

4. Menjadi sebab terlepas dari penyakit nifaq dan terlepas dari api neraka serta mengangkatnya kepada derajat para syuhada.

5. Menjadi kafarah baginya dan membersihkan amalannya.

6. Menjadi sebab berdekatan dengan bahu Rasulullah SAW di pintu surga.

7. Menjadi istighfar bagi yang mengatakannya dan menggembirakan matanya.

8. Sekali bershalawat mendapat pahala kirat (nama timbangan) seperti gunung Uhud.

9. Malaikat berdiri pada kubur Nabi SAW memberitahukan bahwa si fulan bin fulan telah bersalawat kepada Nabi SAW.

10. Menjadi sebab banyak mendapat pahala.

11. Menjadi sebab mencukupi kepentingan di dunia dan akhirat dan ampunan dosa.

12. Menjadi penghapus kesalahan seperti air memadamkan api.

13. Satu kali bersalawat menghapuskan dosa sepuluh tahun dan mencegah orang-orang yang menghafalnya ditulis dosa selama tiga hari serta terpelihara dari masuk neraka.

14. Menjadi sebab terlepas dari huru-hara hari kiamat.

15. Menjadi sebab ridha Allah Ta’ala.

16. sebab mendatangkan rahmat

17. Menjadi sebab aman dari kemurkaan Allah Ta’ala.

18. Menjadi sebab masuk dalam naungan ‘Arasy.

19. Menjadi sebab berat timbangan dan terlepas dari api neraka.

20. Menjadi sebab bagi aman dari haus pada hari kiamat.

21. Shalawat kepada Nabi SAW dapat memegang tangan orang-orang yang tergelincir pada Shirathal mustaqim sehingga dia dapat melaluinya.

22. Barangsiapa yang bersalawat kepada Nabi SAW dalam satu hari sebanyak seribu kali, maka tidak dia mati sehingga melihat tempat kediamannya dalam surga.

23. Menjadi sebab banyak isteri di dalam surga.

24. Shalawat itu sebanding dengan dua puluh peperangan jihad fi sabilillah.

25. Shalawat itu sebanding dengan sedekah.

26. Seratus kali bersalawat pada satu hari sama dengan seribu kebaikan dan sebanding dengan seratus sedekah yang diterima serta menghapus seribu kejahatan.

27. Shalawat seratus kali pada setiap hari menjadi sebab terpenuhi seratus kebutuhan, tujuh puluh untuk akhirat dan tiga puluh untuk dunia.

28. Shalawat satu kali menjadi sebab terpenuhi seratus kebutuhan.

29. Orang yang bersalawat seratus kali pada satu hari, maka sama dengan orang yang berkekalan ibadah sepanjang hari dan malam.

30. Merupakan yang paling dicintai amal kepada Allah.

31. Merupakan hiasan majelis dan cahaya pada Shirathal mustaqim pada hari kiamat.

32. Dapat menghilangkan kefakiran.

33. Berkat dan faedah shalawat didapati oleh seseorang, anaknya dan anak dari anaknya.

34. Orang yang bershalawat tidak ditanyai Allah tentang kewajibannya.

35. Orang yang bershalawat kepada Nabi SAW lima puluh kali dalam sehari, maka Nabi SAW akan berjabat tangan dengannya pada hari kiamat.

36. Shalawat menjadikan suci hati.

Semoga bermanfaat

Tuesday 6 November 2018

KEWAJIBAN MEMULIAKAN AL-QUR'AN*

  Al-Qur’an adalah mu’jizat abadi yang akan tetap dibaca di semua tempat sampai hari kiamat tiba. Allah telah berjanji akan senantiasa menjaga al-Qur’an dari berbagai bentuk usaha pemalsuan dan penyimpangan, baik huruf maupun makna, penambahan atau pengurangan. Selai itu, Allah menjadikan al-Qur’an sebagai salah satu syi’ar Islam yang wajib diagungkan. Dalam al-Qur’an surat al-Hajj ayat 32, Allah berfirman;

  *وﻣَﻦْ ﻳُﻌَﻈِّﻢْ ﺷَﻌَﺎﺋِﺮَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﺎِﻧّﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﺗَﻘْﻮَﻯ ﺍﻟﻘُﻠُﻮْﺏِ ‏( ﺍﻟﺤﺞ : 32 ‏)*

Artinya; “ Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati.”

Ayat ini juga diperkuat dengan firman Allah yang lain dalam surat al-Hajj ayat 30;

  *وﻣَﻦْ ﻳُﻌَﻈِّﻢْ ﺣُﺮُﻣَﺎﺕِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟّﻪُ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺑِّﻪِ ‏( ﺍﻟﺤﺞ : 30 ‏)*

Artinya; “ Dan barang siapa mengagungkan apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu lebih baik baginya di sisi Rabbnya.”

Dua ayat di atas, Allah menjelaskan tentang keharusan mengagungkan syiar-syiarNya, dan juga apa yang terhormat di sisiNya. Al-Qur’an termasuk di antara syiarNya dan juga terhormat di sisiNya, sehingga dengan demikian wajib mengagungkan al-Qur’an.

Menurut Sayyid Muhammad al-Maliki dalam kitabnya Ma Dza Fi Sya’ban, sebagian ulama’ juga menjadikan kedua ayat di atas sebagai dalil tentang kewajiban memuliakan ahli al-Qur’an. Bahkan al-Imam al-Nawawi membuat bab khusus tentang kewajiban memuliakan ahli al-Qur’an dalam kitabnya al-Tibyan fi Adabi Hamalat al-Qur’an berdasarkan kedua ayat tersebut di atas. Beliau berkata,

 *اﻟﺒَﺎﺏُ ﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺚُ : ﻓِﻲْ ﺍِﻛْﺮَﺍﻡِ ﺍَﻫْﻞِ ﺍْﻟُﻘﺮْﺍﻥِ ﻭَﺍﻟﻨَّﻬْﻲِ ﻋَﻦْ ﺍَﺫَﺍﻫُﻢْ*

Artinya; “ Bab ketiga: perintah memuliakan ahli al-Qur’an dan larangan menyakiti mereka”.
Di sisi lain, banyak pula riwayat hadis Nabi Saw yang menerangkan keharusan memuliakan ahli al-Qur’an. Di antaranya adalah riwayat Abd al-Bar, dari Nabi Saw bersabda;

 *مﻦْ ﺗَﻌْﻈِﻴْﻢِ ﺟَﻼَﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍِﻛْﺮَﺍﻡُ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔٍ : ﺍﻟِﺎﻣَﺎﻡِ ﺍﻟﻌَﺎﺩِﻝِ، ﻭَﺫِﻱ ﺍﻟﺸَّﻴْﺒَﺔِ ﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻢِ، ﻭَﺣَﺎﻣِﻞِ ﺍْﻟﻘُﺮﺍﻥِ*

Artinya; “ sebagian dari bentuk mengagungkan Allah adalah memuliakan tiga orang: pemimpin yang adil, orang tua yang muslim dan pengkaji al-Qur’an”.

Ada juga hadis riwayat al-Imam Ahmad dan Muslim dari Ibn Mas’ud, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;

*ﻳَﺆُﻡُّ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ ﺃَﻗْﺮَﺅُﻫُﻢْ ﻟِﻜِﺘَﺎﺏِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺃَﻛْﺜَﺮُﻫُﻢْ ﻗِﺮَﺍﺀَﺓً*

Artinya; “Yang boleh mengimami kaum itu adalah orang yang paling pandai di antara mereka dalam memahami kitab Allah (Al Qur’an) dan yang paling banyak bacaannya di antara mereka”.

Nabi Saw sendiri juga memuliakan ahli al-Qur’an ketika beliau masih hidup. Ini salah satunya terjadi ketika beliau hendak menguburkan sahabat yang mati syahid pada perang Uhud. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadis riwayat al-Imam al-Bukhari, dari Jabir bin Abdillah, dia bercerita;

ﺍَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺠْﻤَﻊُ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻠَﻴْﻦِ ﻣِﻦْ ﻗَﺘْﻠَﻰ ﺍُﺣُﺪٍ ﺛُﻢَّ ﻳَﻘُﻮْﻝُ : ﺃَﻳُّﻬُﻤَﺎ ﺃَﻛْﺜَﺮُ ﺃَﺧْﺬﺍً ﻟِﻠْﻘُﺮْﺃﻥ ؟ ﻓَﺄِﻥْ ﺃُﺷِﻴْﺮَ ﺍِﻟَﻰ ﺍَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ ﻗَﺪَّﻣَﻪُ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟَّﻠْﺤﺪِ

Artinya; “ Sesungguhnya Nabi Saw mengumpulkan antara dua orang korban perang Uhud, kemudian Nabi Saw bertanya; siapa yang lebih banyak hafal al-Qur’an di antara keduanya? Begitu diberi tahu salah satunya, beliau mendahulukannya masuk ke liang lahad”.

Lalu siapa yang dimaksud ahli al-Qur’an yang wajib untuk dimuliakan? Abd al-Bar menjawab pertanyaan ini. Kata beliau, “ Ahli al-Qur’an adalah mereka yang mengetahui hukum halal dan haram al-Qur’an, dan mereka juga mengamalkan al-Qur’an”. Dengan mengacu pada jawaban Abd al-Bar ini, hafal al-Qur’an saja tidak cukup disebut sebagai ahli al-Qur’an, tetapi juga harus dilengkapi dengan pemahaman yang baik tentang isinya, dan terakhir mengamalkannya.

Monday 5 November 2018

🔴LANGKAH MUDAH MENGHAFAL AL QUR’AN🔵

Yang disampaikan oleh Syeikh Abdul Muhsin Al-Qasim. Beliau adalah Imam dan Khatib di Masjid Nabawi. Semoga Artikel kali ini bermanfaat dan dapat menambah semangat kaum Muslimin untuk dapat menyelesaikan hafalan Al Qur’an yang mulia..

A. Metode Berikut menghafal Al-Quran

Metode untuk menghafal Al-Quran yang memiliki keistimewaan berupa kuatnya hafalan dan cepatnya proses penghafalan. Kami akan jelaskan metode ini dengan membawa contoh satu halaman dari surat Al-Jumu’ah:

1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali :
2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali:
3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali:
4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali:
5. Bacalah keempat ayat ini dari awal sampai akhir sebanyak 20 kali untuk mengikat/menghubungkan keempat ayat tersebut
6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali:
7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali:
8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali:
9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali:
10. Bacalah ayat kelima sampai ayat kedelepan sebanyak 20 kali untuk mengikat/menghubungkan keempat ayat tersebut
11. Bacalah ayat pertama sampai ayat kedelepan sebanyak 20 kali untuk menguatkan/meng- itqan kan hafalan untuk halaman ini

Demikianlah ikuti cara ini dalam menghafal setiap halaman Al-Qur’an. Dan janganlah menghafal lebih dari seperdelapan juz dalam setiap hari agar tidak berat bagi anda untuk menjaganya.

B. Bagaimana cara menggabungkan antara menambah hafalan dan muraja’ah?

Janganlah anda menghafal Al-Quran tanpa proses muraja’ah/pengulangan. Hal ini dikarenakan jika anda terus menerus menambah hafalan Al-Quran lembar demi lembar hingga selesai kemudian anda ingin untuk mengulang kembali hafalan anda dari awal maka hal itu akan berat dan anda dapati diri anda telah melupakan hafalan yang lalu. Oleh karena itu, jalan terbaik (untuk menghafal) adalah dengan menggabungkan antara menambah hafalan dan muraja’ah.

Bagilah Al-Quran menjadi 3 bagian dimana setiap bagian terdiri dari 10 juz. Jika anda menghafal satu halaman setiap hari, maka ulangilah 4 halaman sebelumnya sampai anda menghafal 10 juz. Jika anda telah mencapai 10 juz, maka berhentilah selama sebulan penuh untuk muraja’ah dengan cara mengulang-ngulang 8 halaman dalam setiap harinya.

Setelah sebulan penuh muraja’ah, maka mulailah kembali untuk menambah hafalan yang baru baik satu atau dua halaman setiap harinya tergantung kemampuan serta barengilah dengan muraja’ah sebanyak 8 halaman dalam sehari. Lakukan ini sampai anda menghafal 20 juz. Jika anda telah mencapainya, maka berhentilah dari menambah hafalan baru selama 2 bulan untuk mengulang 20 juz. Pengulangan ini dilakukan dengan mengulang 8 halaman setiap hari.

Setelah 2 bulan, mulailah kembali menambah hafalan setiap hari sebanyak satu sampai dua halaman dengan dibarengi muraja’ah/pengulangan 8 halaman sampai anda menyelesaikan seluruh Al-Qur’an.

Jika anda telah selesai menghafal seluruh Al-Qur’an, ulangilah 10 juz pertama saja selama satu bulan dimana setiap hari setengah juz. Kemudian ulangilah 10 juz kedua selama satu bulan dimana setiap hari setengah juz bersamaan dengan itu ulangilah pula 8 halaman dari 10 juz pertama. Kemudian ulangilah 10 juz terakhir selama satu bulan dimana setiap hari setengah juz bersamaan dengan itu ulangilah pula 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.

C. Bagaimana cara memuraja’ah/mengulang Al-Quran seluruhnya jika saya telah menyelesaikan system muraja’ah diatas?

Mulailah dengan memuraja’ah Al-Qur’an setiap hari sebanyak 2 juz. Ulangilah sebanyak 3 kali setiap hari hingga anda menyelesaikan Al-Qur’an setiap 2 minggu sekali. Dengan melakukan metode seperti ini selama satu tahun penuh, maka –insya Allah- anda akan dapat memiliki hafalan yang mutqin/kokoh.

Jumlah Huruf dalam Al Quran


 1200 tahun silam, ketika dunia blm mengenal KOMPUTER atau alat hitung sejenis, IMAM SYAFI'I telah mampu mendata JUMLAH masing-masing HURUF dalam AL-QURĀN secara detail dan tepat.

Imam Syafi’i dalam kitab Majmu al-Ulum wa Mathli’u an Nujum dan dikutip oleh Imam ibn ‘Arabi dalam mukaddimah al-Futuhuat al-Ilahiyah menyatakan jumlah huruf-huruf dalam Al Qur'an disusun sesuai dgn banyaknya:

o ا Alif  : 48740 huruf,
o ل Lam : 33922 huruf,
o م Mim : 28922 huruf,
o ح Ha ’ : 26925 huruf,
o ي Ya’ : 25717 huruf,
o و Waw : 25506 huruf,
o ن Nun : 17000 huruf,
o لا Lam alif : 14707 huruf,
o ب Ba ’ : 11420 huruf,
o ث Tsa’ : 10480 huruf,
o ف Fa’ : 9813 huruf,
o ع ‘Ain : 9470 huruf,
o ق Qaf : 8099 huruf,
o ك Kaf : 8022 huruf,
o د Dal : 5998 huruf,
o س Sin : 5799 huruf,
o ذ Dzal : 4934 huruf,
o ه Ha : 4138 huruf,
o ج Jim : 3322 huruf,
o ص Shad : 2780 huruf,
o ر Ra ’ : 2206 huruf,
o ش Syin : 2115 huruf,
o ض Dhadl : 1822 huruf,
o ز Zai : 1680 huruf,
o خ Kha ’ : 1503 huruf,
o ت Ta’ : 1404 huruf,
o غ Ghain : 1229 huruf,
o ط Tha’ : 1204 huruf dan terakhir
o ظ Dza’ : 842 huruf.

*Jumlah semua huruf dalam al-Quran sebanyak 1⃣.0⃣2⃣7⃣.0⃣0⃣0⃣  (satu juta dua puluh tujuh ribu)*.

*Setiap kali kita khatam Al-Quran, kita telah membaca lebih dari 1 juta huruf*.

Jika 1 huruf = 1 kebaikan dan 1 kebaikan = 10 pahala, maka kira-kira 10 juta pahala kita dapatkan.
Di bulan Ramadhan Allah gandakan lg 70x kebaikan.... so, kira-kiralah sendiri 😊😊😊

 *Mudah-mudahan ini menjadi motivasi kita untuk terus membaca al-Quran*, *bertadarrus dan kalau mampu memahami maknanya*
*Wallahu a'lam*..

*TIGA HAL, YANG MENYEDIHKAN dan MEMILUKAN*

*TIGA HAL,  YANG MENYEDIHKAN dan MEMILUKAN*  

1) . Seorang *LELAKI* Yang Tidak Pernah Masuk *MASJID*
    Kecuali *JENAZAHNYA*.

2). Seorang *WANITA* Yang Tidak Pernah Menutupi *AURATNYA*
    Kecuali Ketika Dia *DIKAFANKAN.*

3). *SESEORANG* yang tidak pernah mau *BERSEDEKAH*
    Kecuali Ketika *KELUARGANYA BERSEDEKAH* atas *NAMANYA* Ketika Dia Sudah di *ALAM KUBUR.*
    Itupun jika *KELUARGANYA PEDULI.*

*IA SELALU TERLAMBAT,  BAGAI...... SEBUAH PENYESALAN* '

Tetapi Dia Begitu CEPAT dan SIGAP,  Memburu Perkara *DUNIA*.

Firman ALLAH  Ta'ala :
*بل تؤثرون الحياة الدنيا*
“Sedangkan kamu lebih mengutamakan kehidupan dunia...”
 (QS AL-A'LA : 16 )

Demikianlah,  Sikap KEBANYAKAN Manusia :

1). *KITA* Biasanya Masuk Ke Tempat Kerja, Segera Sebelum *WAKTUNYA*.

2). *KITA* Biasanya tiba di lapangan terbang, cepat sebelum *WAKTUNYA.*

3. *KITA* Biasanya  datang (menunggu giliran) di rumah sakit buru-Buru sebelum *WAKTUNYA*.

4). *KITA* Biasanya berada di dalam stasiun kereta api, 2 atau 3 jam *SEBELUM WAKTU BERANGKAT*.

*AKAN TETAPI*  Tatkala *KITA* Mendengar Suara *ADZAN* *KITA* Seringkali Bersantai,  *TANPA* Merasa *BERSALAH APA-APA*.
Kalau Di Masa Lalu,  Kita Diajarkan
*WAKTU* Adalah *UANG*,
Mulai Saat Ini,  Kita  Belajar
*WAKTU*  Adalah *IBADAH*".

*WAKTU Adalah NAFAS* Yang Setelah Terlewat, Tidak Akan  Bisa Kembali..!

*WAKTU Adalah IBADAH* Karena  Setiap Detik Harus Bernilai Ibadah. Apa Pun Aktivitasnya.

*MANUSIA* Sesungguhnya Hanya *PENGENDARA*  Di Atas Punggung Usianya.

*DIGULUNG* Hari Demi Hari,  Bulan Dan Tahun, Tanpa Terasa.

*NAFAS KITA* Terus Berjalan, Seiring Jalannya Waktu, Setia Menuntun Kita Ke *Pintu Kematian.*

Sesungguhnya *DUNIA*-Lah Yang Makin Kita *JAUHI* ...Dan
*LIANG KUBUR*-Lah Yang Makin Kita *DEKATI*...

*1 Hari Berlalu,  Berarti 1 Hari Pula Berkurang Usia Kita.*

Umur Kita Yang Tersisa Di *Hari Ini*, Sungguh Tidak Ternilai Harganya,

Sebab *Esok Hari*, Belum Tentu Jadi Bagian Dari Diri Kita.

Karena Itu, *JANGAN BIARKAN* HARI INI  Berlalu Tanpa *KEBAIKAN* Yang Bisa Kita *LAKUKAN,*

JANGAN Tertipu Dengan *USIA MUDA*, Karena *SYARAT* Untuk MATI,  Tidaklah Harus *TUA*.

*JANGAN* Terperdaya Dengan Badan *SEHAT*, Karena *SYARAT  MATI* Tidak Pula Harus *SAKIT*....

*TERUSLAH*
*Berbuat Baik…*
*BERKATA BAIK…*

WALAU Tidak Banyak Orang Yang *Mengenali Kebaikan Kita*, Tapi *KEBAIKAN* Yang Kita Lakukan Adalah *KEBAHAGIAAN* Dimana Perbuatan BAIK Kita di ketahui *Allah Subhanahu Wa Ta'ala*, dan  Akan Terus Dikenang Oleh Mereka Yang Tahu yang Kelak Kita Tinggalkan.

Jadilah Seperti *AKAR Yang TIDAK TERLIHAT*, Tapi Tetap *MENYOKONG KEHIDUPAN*...

Jadilah Seperti *JANTUNG Yang TIDAK TERLIHAT*, Tapi Terus *BERDENYUT* Setiap Saat TANPA HENTI;
Hingga Membuat Kita *TERUS HIDUP*, Sampai *BATAS WAKTUNYA UNTUK  BERHENTI*...

*SEMAKIN JAUH* Kita Meninggalkan Hari *Kelahiran*.. Semakin Dekat Kita Menuju Hari *Kematian*...

*KEMATIAN ITU PASTI*...
Tetapi Mati Yang Baik atau Buruk, adalah *PILIHAN*.

Mari... Jadikan HARI INI *LEBIH BAIK* Dari *HARI KEMARIN*.dan HARI *ESOK*,  Harus Lebih  *Baik* Dari *Hari Ini*.....dan akhirnya kita MATI DLM KEBAIKAN......

*Semoga Bermanfaat*

Keutamaan Infaq

[INFAQ DAN KEUTAMAANNYA

Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda : Allah berfirman : “Wahai anak Adam belanjakanlah, maka Aku akan memberi belanja kepadamu”. (Hadits ditakhrij olah Bukhari).

Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda : Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “Belanjakanlah maka Aku memberi belanja kepadamu”. Beliau bersabda : “Tangan Allah itu penuh, tidak terkurangi oleh nafkah, terus memberi siang dan malam”. Beliau bersabda : “Tahukah kalian sesuatu yang sudah di nafkahkanNya sejak Dia menciptakan langit dan bumi, sesungguhnya apa yang di tanganNya tidaklah berkurang, pada waktu itu singgasanaNya di atas air dan ditanganNya memegang timbangan (mizan)”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Dari Abu Hurairah ra. sampai kepada Nabi saw, beliau bersabda: “Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman : “Wahai anak Adam, berikanlah nafkah maka Aku beri nafkah atasmu”. Beliau bersabda : “Tangan Kanan Allah itu penuh, banyak memberi di siang dan malam hari, dan tidak kurang sedikit pun karenanya”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Dari Anas bin Malik ra. dari Nabi saw, beliau bersabda : “Ketika Allah menciptakan bumi, bumi itu goyang, maka Dia menciptakan gunung-gunung, lalu bumi itu menjadi tetap (tidak bergoyang). Maka Malaikat heran terhadap kehebatan gunung, mereka bertanya : “Wahai Tuhanku, adakah makhlukMu yang lebih hebat dari pada gunung ?” Dia berfirman: “Ya, besi”. Mereka bertanya : “Wahai TuhanKu, adakah makhlukMu yang lebih hebat dari pada besi ?” Dia berfirman : “Ya, api”. Mereka bertanya : “Wahai TuhanKu, adakah makhlukMu yang lebih hebat dari pada api ?” Dia berfirman : “Ya, air”. Mereka bertanya : “Wahai TuhanKu, adakah makhlukMu yang lebih hebat dari pada air. ?” Dia berfirman : “Ya, angin”. Mereka bertanya : “Wahai TuhanKu, adakah dari makhlukMu yang lebih hebat dari pada angin ?”Dia berfirman : “Ya, anak Adam yang tangan kanannya mensedekahkan sesuatu dengan tersembunyi dari tangan kirinya”. (Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).

*ISLAM DI INDONESIA AKAN MENJADI SUPER POWER JIKA 3 ORMAS BESAR INI BERSATU...!!!*

*ISLAM DI INDONESIA AKAN MENJADI SUPER POWER JIKA 3 ORMAS BESAR INI BERSATU...!!!*

(Ketahuilah, 3 ormas ini yang terus diadu domba untuk Menghancurkan Islam dan merebut Indonesia)

1. *Nahdhotul Ulama (NU)*
Pendirinya Hadrotusyeh *KH. Hasyim Asyari,* tokoh pejuang serta ulama ahlussunnah waljama'ah yg sangat berpengaruh di Indonesia, beliau juga pemimpin para Mujahidin yg juga ikut berjasa dalam kemerdekaan NKRI.
Jumlah jamaahnya melebihi 50 juta orang.
Memiliki 3000 lebih Pondok Pesantren, sudah memasuki semua lini dalam bidang keilmuan.

2. *Muhammadiyah*
Pendirinya *KH. Ahmad Dahlan,* tokoh pejuang dan Ulama berpengaruh di Indonesia.
KH. Hasyim dan KH. Dahlan sama-sama satu aqidah, yaitu Ahlussunnah Waljama'ah, dan fiqih madhab Imam Syafi'i.
Fokus di bidang pendidikan dan pembangunan.
Memiliki puluhan juta orang pengikut.

3. *Front Pembela Islam ( FPI )*
Pendirinya *Al Habieb Muhammad Rizieq bin Husein Syihab Lc.MA.Dppms* dan dibantu para ulama di masa rezim reformasi.
Memiliki 24 juta pendukung bahkan lebih, belum lagi simpatisannya.
Fokus dalam bidang dakwah, Hisbah dan Jihad, FPI juga sudah memiliki kekuatan di semua lini bidang ilmu, pembangunan, pendidikan, politik dan ekonomi.

Ketiga organisasi Islam terbesar ini penganut ahlussunnah tulen, Asyari wa Maturidi, dengan fiqih Imam Syafii, dan akhlak tashawuf.

Makanya tidak heran para musuh Islam lebih dulu menyerang mereka di setiap lini, mulai masuknya para tokoh syi'ah, di susupi tokoh liberal, dan juga tokoh wahabi, berbagai cacian, fitnahan dan adu domba antar 3 organisasi ini terus di gencarkan.

*NU adalah benteng, Muhammadiyah adalah tameng, dan FPI adalah pedang.*

*Makanya para musuh Islam lebih dulu menguasai Pemerintahan, karena Pemerintahan hukumnya konstitusi.*

Bukan seperti 3 organisasi di atas yang benar-benar menggunakan hukum ayat suci.
Selagi Pemerintah di kuasai para musuh, Indonesia tidak akan aman, jika rakyatnya diantara 3 organisasi tersebut mudah di adu dombakan.
Dan jika salah satu organisasi tadi di kuasai oleh musuh, maka Indonesia bersiaplah di ambang kehancuran.

Sekarang kembali ke kita, 3 organisasi ini bukan organisasi sembarangan. Pemerintah itu satu langkah di belakang mereka.

 Tokoh di Pemerintahan lahir dari NU, bergelut di Muhammadiyah, dan berjuang di FPI.

Mari kita beri dukungan pada Ulama yg berjuang, jangan judge mereka. Setidaknya kalau kita tidak mampu berjuang, minimal doakanlah mereka.

Ini bukan masalah politik, tahta ataupun harta.

Tapi ini masalah perjuangan.

 NU berjuang di bidangnya, Muhammadiyah di bidangnya dan FPI dibidangnya.

Jangan heran jika Pemerintah dhalim bisa hancur, jika 3 organisasi ini bersatu dengan seutuhnya.

Kalau ada oknum menyimpang itu perorangan, bukan salah organisasinya.

Ibaratnya *kalau kuku panjang, kukunya di potong bukan tangannya,* seperti halnya kita harus memberangus para kaum liberal munafiqun Laknatullah'alaih yg kini banyak menyusup dan berkuasa di tampuk pimpinan NU dan anak cabangnya.

*NU ADALAH BENTENG BESAR!!!*
*MUHAMMADIYAH YANG JADI TAMENGNYA!!!*
*FPI ADALAH  PEDANGNYA AHLUSSUNNAH WALJAMAAH DI INDONESIA.*

KEBERSAMAANYA ADALAH TANDA2 INDONESIA JUGA AKAN MENJADI KUAT TAK TERKALAHKAN OLEH NEGARA ADIDAYA SEPERTI APAPUN!!!

*MARI BERSATU PADU, SALING MEMBENAHI SATU SAMA LAIN...!!!*

Sebarkan, semoga bermanfaat...

9 PINTU REZEI DARI ALLAH

 *ADA 9 PINTU REZEKI DARI ALLAH*

*1.Rezeki Yang Telah Dijamin.*

‎وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
"Tidak ada satu makhluk melatapun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya."
(Surah Hud : 6).

*2. Rezeki Karena Usaha.*

‎وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
"Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya."
(Surah An-Najm : 39).

*3. Rezeki Karena Bersyukur.*

‎لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu."
(Surah Ibrahim : 7).

*4. Rezeki Tak Terduga.*

‎وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا( ) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
"Barangsiapa yang bertakwa kepada ALLAH nescaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."
(Surah At-Thalaq : 2-3).

*5. Rezeki Karena Istighfar.*

‎فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ( ) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا
"Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta.”
(Surah Nuh : 10-11).

*6. Rezeki Karena Menikah.*

‎وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ
"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka ALLAH akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan kurnia-Nya."
(Surah An-Nur : 32).

*7. Rezeki Karena Anak.*

‎وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu kerana takut miskin. Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu.”
(Surah Al-Israa' : 31).

*8. Rezeki Karena Sedekah*

‎مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (infak & sedekah), maka ALLAH akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak.”
(Surah Al-Baqarah : 245).

*9. Rezeki karena silaturrahim*

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَجَلِهِ، فَلْيَتَّقِ اللَّهَ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ Artinya: “Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan ditangguhkan ajalnya, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan menyambung silaturahim
(HR Bukhari).

Luncurkan  ke kawan/sahabat dan keluarga kita yg lain. Mudah-mudahan ada rezeki yang baik untuk kita.. Aamiin.

Monday 18 June 2018





Sejarah Singkat Imam Syafi'i



Nama dan Nasab
Beliau bernama Muhammad dengan kun-yah Abu Abdillah. Nasab beliau secara lengkap adalah Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi‘ bin as-Saib bin ‘Ubayd bin ‘Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf bin Qushay. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah pada diri ‘Abdu Manaf bin Qushay. Dengan begitu, beliau masih termasuk sanak kandung Rasulullah karena masih terhitung keturunan paman-jauh beliau , yaitu Hasyim bin al-Muththalib.
Bapak beliau, Idris, berasal dari daerah Tibalah (Sebuah daerah di wilayah Tihamah di jalan menuju ke Yaman). Dia seorang yang tidak berpunya. Awalnya dia tinggal di Madinah lalu berpindah dan menetap di ‘Asqalan (Kota tepi pantai di wilayah Palestina) dan akhirnya meninggal dalam keadaan masih muda di sana. Syafi‘, kakek dari kakek beliau, -yang namanya menjadi sumber penisbatan beliau (Syafi‘i)- menurut sebagian ulama adalah seorang sahabat shigar (yunior) Nabi. As-Saib, bapak Syafi‘, sendiri termasuk sahabat kibar (senior) yang memiliki kemiripan fisik dengan Rasulullah saw. Dia termasuk dalam barisan tokoh musyrikin Quraysy dalam Perang Badar. Ketika itu dia tertawan lalu menebus sendiri dirinya dan menyatakan masuk Islam.
Para ahli sejarah dan ulama nasab serta ahli hadits bersepakat bahwa Imam Syafi‘i berasal dari keturunan Arab murni. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah memberi kesaksian mereka akan kevalidan nasabnya tersebut dan ketersambungannya dengan nasab Nabi, kemudian mereka membantah pendapat-pendapat sekelompok orang dari kalangan Malikiyah dan Hanafiyah yang menyatakan bahwa Imam Syafi‘i bukanlah asli keturunan Quraysy secara nasab, tetapi hanya keturunan secara wala’ saja.
Adapun ibu beliau, terdapat perbedaan pendapat tentang jati dirinya. Beberapa pendapat mengatakan dia masih keturunan al-Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib, sedangkan yang lain menyebutkan seorang wanita dari kabilah Azadiyah yang memiliki kun-yah Ummu Habibah. Imam an-Nawawi menegaskan bahwa ibu Imam Syafi‘i adalah seorang wanita yang tekun beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dia seorang yang faqih dalam urusan agama dan memiliki kemampuan melakukan istinbath.
Waktu dan Tempat Kelahirannya
Beliau dilahirkan pada tahun 150H. Pada tahun itu pula, Abu Hanifah wafat sehingga dikomentari oleh al-Hakim sebagai isyarat bahwa beliau adalah pengganti Abu Hanifah dalam bidang yang ditekuninya.
Tentang tempat kelahirannya, banyak riwayat yang menyebutkan beberapa tempat yang berbeda. Akan tetapi, yang termasyhur dan disepakati oleh ahli sejarah adalah kota Ghazzah (Sebuah kota yang terletak di perbatasan wilayah Syam ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah Selatan Palestina. Jaraknya dengan kota Asqalan sekitar dua farsakh). Tempat lain yang disebut-sebut adalah kota Asqalan dan Yaman.
Ibnu Hajar memberikan penjelasan bahwa riwayat-riwayat tersebut dapat digabungkan dengan dikatakan bahwa beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama Ghazzah di wilayah Asqalan. Ketika berumur dua tahun, beliau dibawa ibunya ke negeri Hijaz dan berbaur dengan penduduk negeri itu yang keturunan Yaman karena sang ibu berasal dari kabilah Azdiyah (dari Yaman). Lalu ketika berumur 10 tahun, beliau dibawa ke Mekkah, karena sang ibu khawatir nasabnya yang mulia lenyap dan terlupakan.
Pertumbuhannya dan Pengembaraannya Mencari Ilmu
Di Mekkah, Imam Syafi ‘i dan ibunya tinggal di dekat Syi‘bu al-Khaif. Di sana, sang ibu mengirimnya belajar kepada seorang guru. Sebenarnya ibunya tidak mampu untuk membiayainya, tetapi sang guru ternyata rela tidak dibayar setelah melihat kecerdasan dan kecepatannya dalam menghafal. Imam Syafi‘i bercerita, “Di al-Kuttab (sekolah tempat menghafal Alquran), saya melihat guru yang mengajar di situ membacakan murid-muridnya ayat Alquran, maka aku ikut menghafalnya. Sampai ketika saya menghafal semua yang dia diktekan, dia berkata kepadaku, “Tidak halal bagiku mengambil upah sedikitpun darimu.” Dan ternyata kemudian dengan segera guru itu mengangkatnya sebagai penggantinya (mengawasi murid-murid lain) jika dia tidak ada. Demikianlah, belum lagi menginjak usia baligh, beliau telah berubah menjadi seorang guru.
Setelah rampung menghafal Alquran di al-Kuttab, beliau kemudian beralih ke Masjidil Haram untuk menghadiri majelis-majelis ilmu di sana. Sekalipun hidup dalam kemiskinan, beliau tidak berputus asa dalam menimba ilmu. Beliau mengumpulkan pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, dan tulang unta untuk dipakai menulis. Sampai-sampai tempayan-tempayan milik ibunya penuh dengan tulang-tulang, pecahan tembikar, dan pelepah kurma yang telah bertuliskan hadits-hadits Nabi. Dan itu terjadi pada saat beliau belum lagi berusia baligh. Sampai dikatakan bahwa beliau telah menghafal Alquran pada saat berusia 7 tahun, lalu membaca dan menghafal kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik pada usia 12 tahun sebelum beliau berjumpa langsung dengan Imam Malik di Madinah.
Beliau juga tertarik mempelajari ilmu bahasa Arab dan syair-syairnya. Beliau memutuskan untuk tinggal di daerah pedalaman bersama suku Hudzail yang telah terkenal kefasihan dan kemurnian bahasanya, serta syair-syair mereka. Hasilnya, sekembalinya dari sana beliau telah berhasil menguasai kefasihan mereka dan menghafal seluruh syair mereka, serta mengetahui nasab orang-orang Arab, suatu hal yang kemudian banyak dipuji oleh ahli-ahli bahasa Arab yang pernah berjumpa dengannya dan yang hidup sesudahnya. Namun, takdir Allah telah menentukan jalan lain baginya. Setelah mendapatkan nasehat dari dua orang ulama, yaitu Muslim bin Khalid az-Zanji -mufti kota Mekkah-, dan al-Husain bin ‘Ali bin Yazid agar mendalami ilmu fiqih, maka beliau pun tersentuh untuk mendalaminya dan mulailah beliau melakukan pengembaraannya mencari ilmu.
Beliau mengawalinya dengan menimbanya dari ulama-ulama kotanya, Mekkah, seperti Muslim bin Khalid, Dawud bin Abdurrahman al-‘Athar, Muhammad bin Ali bin Syafi’ –yang masih terhitung paman jauhnya-, Sufyan bin ‘Uyainah –ahli hadits Mekkah-, Abdurrahman bin Abu Bakar al-Maliki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin ‘Iyadh, dan lain-lain. Di Mekkah ini, beliau mempelajari ilmu fiqih, hadits, lughoh, dan Muwaththa’ Imam Malik. Di samping itu beliau juga mempelajari keterampilan memanah dan menunggang kuda sampai menjadi mahir sebagai realisasi pemahamannya terhadap ayat 60 surat Al-Anfal. Bahkan dikatakan bahwa dari 10 panah yang dilepasnya, 9 di antaranya pasti mengena sasaran.
Setelah mendapat izin dari para syaikh-nya untuk berfatwa, timbul keinginannya untuk mengembara ke Madinah, Dar as-Sunnah, untuk mengambil ilmu dari para ulamanya. Terlebih lagi di sana ada Imam Malik bin Anas, penyusun al-Muwaththa’. Maka berangkatlah beliau ke sana menemui sang Imam. Di hadapan Imam Malik, beliau membaca al-Muwaththa’ yang telah dihafalnya di Mekkah, dan hafalannya itu membuat Imam Malik kagum kepadanya. Beliau menjalani mulazamah kepada Imam Malik demi mengambil ilmu darinya sampai sang Imam wafat pada tahun 179. Di samping Imam Malik, beliau juga mengambil ilmu dari ulama Madinah lainnya seperti Ibrahim bin Abu Yahya, ‘Abdul ‘Aziz ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Isma‘il bin Ja‘far, Ibrahim bin Sa‘d dan masih banyak lagi.
Setelah kembali ke Mekkah, beliau kemudian melanjutkan mencari ilmu ke Yaman. Di sana beliau mengambil ilmu dari Mutharrif bin Mazin dan Hisyam bin Yusuf al-Qadhi, serta yang lain. Namun, berawal dari Yaman inilah beliau mendapat cobaan –satu hal yang selalu dihadapi oleh para ulama, sebelum maupun sesudah beliau-. Di Yaman, nama beliau menjadi tenar karena sejumlah kegiatan dan kegigihannya menegakkan keadilan, dan ketenarannya itu sampai juga ke telinga penduduk Mekkah. Lalu, orang-orang yang tidak senang kepadanya akibat kegiatannya tadi mengadukannya kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, Mereka menuduhnya hendak mengobarkan pemberontakan bersama orang-orang dari kalangan Alawiyah.
Sebagaimana dalam sejarah, Imam Syafi‘i hidup pada masa-masa awal pemerintahan Bani ‘Abbasiyah yang berhasil merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Pada masa itu, setiap khalifah dari Bani ‘Abbasiyah hampir selalu menghadapi pemberontakan orang-orang dari kalangan ‘Alawiyah. Kenyataan ini membuat mereka bersikap sangat kejam dalam memadamkan pemberontakan orang-orang ‘Alawiyah yang sebenarnya masih saudara mereka sebagai sesama Bani Hasyim. Dan hal itu menggoreskan rasa sedih yang mendalam pada kaum muslimin secara umum dan pada diri Imam Syafi‘i secara khusus. Dia melihat orang-orang dari Ahlu Bait Nabi menghadapi musibah yang mengenaskan dari penguasa. Maka berbeda dengan sikap ahli fiqih selainnya, beliau pun menampakkan secara terang-terangan rasa cintanya kepada mereka tanpa rasa takut sedikitpun, suatu sikap yang saat itu akan membuat pemiliknya merasakan kehidupan yang sangat sulit.
Sikapnya itu membuatnya dituduh sebagai orang yang bersikap tasyayyu‘, padahal sikapnya sama sekali berbeda dengan tasysyu’ model orang-orang syi‘ah. Bahkan Imam Syafi‘i menolak keras sikap tasysyu’ model mereka itu yang meyakini ketidakabsahan keimaman Abu Bakar, Umar, serta ‘Utsman , dan hanya meyakini keimaman Ali, serta meyakini kemaksuman para imam mereka. Sedangkan kecintaan beliau kepada Ahlu Bait adalah kecintaan yang didasari oleh perintah-perintah yang terdapat dalam Alquran maupun hadits-hadits shahih. Dan kecintaan beliau itu ternyata tidaklah lantas membuatnya dianggap oleh orang-orang syiah sebagai ahli fiqih madzhab mereka.
Tuduhan dusta yang diarahkan kepadanya bahwa dia hendak mengobarkan pemberontakan, membuatnya ditangkap, lalu digelandang ke Baghdad dalam keadaan dibelenggu dengan rantai bersama sejumlah orang-orang ‘Alawiyah. Beliau bersama orang-orang ‘Alawiyah itu dihadapkan ke hadapan Khalifah Harun ar-Rasyid. Khalifah menyuruh bawahannya menyiapkan pedang dan hamparan kulit. Setelah memeriksa mereka seorang demi seorang, ia menyuruh pegawainya memenggal kepala mereka. Ketika sampai pada gilirannya, Imam Syafi‘i berusaha memberikan penjelasan kepada Khalifah. Dengan kecerdasan dan ketenangannya serta pembelaan dari Muhammad bin al-Hasan -ahli fiqih Irak-, beliau berhasil meyakinkan Khalifah tentang ketidakbenaran apa yang dituduhkan kepadanya. Akhirnya beliau meninggalkan majelis Harun ar-Rasyid dalam keadaan bersih dari tuduhan bersekongkol dengan ‘Alawiyah dan mendapatkan kesempatan untuk tinggal di Baghdad.
Di Baghdad, beliau kembali pada kegiatan asalnya, mencari ilmu. Beliau meneliti dan mendalami madzhab Ahlu Ra’yu. Untuk itu beliau berguru dengan mulazamah kepada Muhammad bin al-Hassan. Selain itu, kepada Isma‘il bin ‘Ulayyah dan Abdul Wahhab ats-Tsaqafiy dan lain-lain. Setelah meraih ilmu dari para ulama Irak itu, beliau kembali ke Mekkah pada saat namanya mulai dikenal. Maka mulailah ia mengajar di tempat dahulu ia belajar. Ketika musim haji tiba, ribuan jamaah haji berdatangan ke Mekkah. Mereka yang telah mendengar nama beliau dan ilmunya yang mengagumkan, bersemangat mengikuti pengajarannya sampai akhirnya nama beliau makin dikenal luas. Salah satu di antara mereka adalah Imam Ahmad bin Hanbal.
Ketika kamasyhurannya sampai ke kota Baghdad, Imam Abdurrahman bin Mahdi mengirim surat kepada Imam Syafi‘i memintanya untuk menulis sebuah kitab yang berisi khabar-khabar yang maqbul, penjelasan tentang nasikh dan mansukh dari ayat-ayat Alquran dan lain-lain. Maka beliau pun menulis kitabnya yang terkenal, Ar-Risalah.
Setelah lebih dari 9 tahun mengajar di Mekkah, beliau kembali melakukan perjalanan ke Irak untuk kedua kalinya dalam rangka menolong madzhab Ash-habul Hadits di sana. Beliau mendapat sambutan meriah di Baghdad karena para ulama besar di sana telah menyebut-nyebut namanya. Dengan kedatangannya, kelompok Ash-habul Hadits merasa mendapat angin segar karena sebelumnya mereka merasa didominasi oleh Ahlu Ra’yi. Sampai-sampai dikatakan bahwa ketika beliau datang ke Baghdad, di Masjid Jami ‘ al-Gharbi terdapat sekitar 20 halaqah Ahlu Ra ‘yu. Tetapi ketika hari Jumat tiba, yang tersisa hanya 2 atau 3 halaqah saja.
Beliau menetap di Irak selama dua tahun, kemudian pada tahun 197 beliau balik ke Mekkah. Di sana beliau mulai menyebar madzhabnya sendiri. Maka datanglah para penuntut ilmu kepadanya meneguk dari lautan ilmunya. Tetapi beliau hanya berada setahun di Mekkah.
Tahun 198, beliau berangkat lagi ke Irak. Namun, beliau hanya beberapa bulan saja di sana karena telah terjadi perubahan politik. Khalifah al-Makmun telah dikuasai oleh para ulama ahli kalam, dan terjebak dalam pembahasan-pembahasan tentang ilmu kalam. Sementara Imam Syafi‘i adalah orang yang paham betul tentang ilmu kalam. Beliau tahu bagaimana pertentangan ilmu ini dengan manhaj as-salaf ash-shaleh –yang selama ini dipegangnya- di dalam memahami masalah-masalah syariat. Hal itu karena orang-orang ahli kalam menjadikan akal sebagai patokan utama dalam menghadapi setiap masalah, menjadikannya rujukan dalam memahami syariat padahal mereka tahu bahwa akal juga memiliki keterbatasan-keterbatasan. Beliau tahu betul kebencian meraka kepada ulama ahlu hadits. Karena itulah beliau menolak madzhab mereka.
Dan begitulah kenyataannya. Provokasi mereka membuat Khalifah mendatangkan banyak musibah kepada para ulama ahlu hadits. Salah satunya adalah yang dikenal sebagai Yaumul Mihnah, ketika dia mengumpulkan para ulama untuk menguji dan memaksa mereka menerima paham Alquran itu makhluk. Akibatnya, banyak ulama yang masuk penjara, bila tidak dibunuh. Salah satu di antaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Karena perubahan itulah, Imam Syafi‘i kemudian memutuskan pergi ke Mesir. Sebenarnya hati kecilnya menolak pergi ke sana, tetapi akhirnya ia menyerahkan dirinya kepada kehendak Allah. Di Mesir, beliau mendapat sambutan masyarakatnya. Di sana beliau berdakwah, menebar ilmunya, dan menulis sejumlah kitab, termasuk merevisi kitabnya ar-Risalah, sampai akhirnya beliau menemui akhir kehidupannya di sana.
Keteguhannya Membela Sunnah
Sebagai seorang yang mengikuti manhaj Ash-habul Hadits, beliau dalam menetapkan suatu masalah terutama masalah aqidah selalu menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai landasan dan sumber hukumnya. Beliau selalu menyebutkan dalil-dalil dari keduanya dan menjadikannya hujjah dalam menghadapi penentangnya, terutama dari kalangan ahli kalam. Beliau berkata, “Jika kalian telah mendapatkan Sunnah Nabi, maka ikutilah dan janganlah kalian berpaling mengambil pendapat yang lain.” Karena komitmennya mengikuti sunnah dan membelanya itu, beliau mendapat gelar Nashir as-Sunnah wa al-Hadits.
Terdapat banyak atsar tentang ketidaksukaan beliau kepada Ahli Ilmu Kalam, mengingat perbedaan manhaj beliau dengan mereka. Beliau berkata, “Setiap orang yang berbicara (mutakallim) dengan bersumber dari Alquran dan sunnah, maka ucapannya adalah benar, tetapi jika dari selain keduanya, maka ucapannya hanyalah igauan belaka.” Imam Ahmad berkata, “Bagi Syafi‘i jika telah yakin dengan keshahihan sebuah hadits, maka dia akan menyampaikannya. Dan prilaku yang terbaik adalah dia tidak tertarik sama sekali dengan ilmu kalam, dan lebih tertarik kepada fiqih.” Imam Syafi ‘i berkata, “Tidak ada yang lebih aku benci daripada ilmu kalam dan ahlinya” Al-Mazani berkata, “Merupakan madzhab Imam Syafi‘i membenci kesibukan dalam ilmu kalam. Beliau melarang kami sibuk dalam ilmu kalam.”
Ketidaksukaan beliau sampai pada tingkat memberi fatwa bahwa hukum bagi ahli ilmu kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma, lalu dinaikkan ke atas punggung unta dan digiring berkeliling di antara kabilah-kabilah dengan mengumumkan bahwa itu adalah hukuman bagi orang yang meninggalkan Alquran dan Sunnah dan memilih ilmu kalam.
Wafatnya
Karena kesibukannya berdakwah dan menebar ilmu, beliau menderita penyakit bawasir yang selalu mengeluarkan darah. Makin lama penyakitnya itu bertambah parah hingga akhirnya beliau wafat karenanya. Beliau wafat pada malam Jumat setelah shalat Isya’ hari terakhir bulan Rajab permulaan tahun 204 dalam usia 54 tahun. Semoga Allah memberikan kepadanya rahmat-Nya yang luas.
Ar-Rabi menyampaikan bahwa dia bermimpi melihat Imam Syafi‘i, sesudah wafatnya. Dia berkata kepada beliau, “Apa yang telah diperbuat Allah kepadamu, wahai Abu Abdillah ?” Beliau menjawab, “Allah mendudukkan aku di atas sebuah kursi emas dan menaburkan pada diriku mutiara-mutiara yang halus”
Karangan-Karangannya
Sekalipun beliau hanya hidup selama setengah abad dan kesibukannya melakukan perjalanan jauh untuk mencari ilmu, hal itu tidaklah menghalanginya untuk menulis banyak kitab. Jumlahnya menurut Ibnu Zulaq mencapai 200 bagian, sedangkan menurut al-Marwaziy mencapai 113 kitab tentang tafsir, fiqih, adab dan lain-lain. Yaqut al-Hamawi mengatakan jumlahnya mencapai 174 kitab yang judul-judulnya disebutkan oleh Ibnu an-Nadim dalam al-Fahrasat.
Yang paling terkenal di antara kitab-kitabnya adalah al-Umm, yang terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah al-Jadidah (yang telah direvisinya) mengenai Alquran dan As-Sunnah serta kedudukannya dalam syariat.
Sumber :
1. Al-Umm, bagian muqoddimah hal 3-33.
2. Siyar A‘lam an-Nubala’
3. Manhaj Aqidah Imam asy-Syafi‘, terjemah kitab Manhaj al-Imam Asy-Syafi ‘i fi Itsbat al-‘Aqidah karya DR. Muhammad AW al-Aql terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi‘i, Cirebon.